Karinpyong: Ilustrasi Dengan Sapuan Warna Cerah Dan Manga Style
Kita
harus selalu ingat bahwa hidup tidak akan pernah berjalan mulus. Ketika kita
mengalami kesulitan pasti ada banyak cara menyelesaikannya. Tetapi, bagaimana
kita menemukan dan memilih jalan keluar adalah tantangannya. Itulah yang
dialami Karina Doniho ketika mengalami masa sulit. Dengan tuntutan
mempersiapkan diri untuk tingkat pendidikan lebih tinggi dan membayar uang
sekolah sendiri selama beberapa bulan, perempuan yang disapa teman-temannya
dengan Karin ini memilih untuk
menjual hasil karyanya berupa lukisan cat air. Inilah kisahnya dalam usaha
kerasnya mencari penghasilan dan pengakuan.
Masa
SMA merupakan masa yang paling dinamis. Penemuan jati diri sering terjadi di
masa ini. Ketika baru masuk SMA pasti sudah banyak yang menanyakan akan
kelanjutan dari jenjang pendidikan ini. Pasalnya nilai sudah harus dipersiapkan
dari kelas 10 khususnya yang ingin masuk universitas negeri. Terlebih Karin
bersekolah di SMA favorit, yaitu SMA Santa Ursula Jakarta yang lulusannya pasti
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Saat itu Karin belum punya kemantapan
hati untuk memilih jurusan tertentu. Terlintas dibenaknya untuk menjadi
seniman, tetapi hal itu sudah sejak lama tidak didukung oleh orang tua. Meskipun
tak didukung Karin tetap menuangkan keinginan menggambarnya sebagai hobi. Ia
sudah tertarik untuk menggunakan cat air sejak umur 2 tahun. Rasa penasaran
muncul ketika melihat ayahnya bekerja yang seorang pelukis dan desainer
interior. Tetapi karena tidak terlalu didukung, ia tidak begitu menekuni
melukis. Ketika SMP, Karin banyak membaca komik Jepang terutama komik shoujo dan mulai menekuni menggambar
dengan gaya komik Jepang. Ia mulai aktif dalam komunitas seni seperti deviantArt. Di sana Karin mengenal
banyak orang yang memiliki hobi yang sama. Melihat gambar-gambar yang begitu
khas, dirinya merasa tertantang untuk menemukan gaya gambarnya sendiri. Hobi
ini berlanjut sampai SMA dan Karin memilih menggunakan cat air sebagai media
pewarnaan gambarnya karena memang sudah lama menyukai cat air.
Menyukai
kombinasi yang dibuat, Karin semakin menekuni gaya karyanya yang
mengombinasikan gambar manga dengan lukisan cat air. Secara keseluruhan, karyanya
lebih cocok disebut lukisan karena catnya yang sangat dominan dan
pengaplikasian catnya yang cenderung abstrak. Melukis menjadi saluran untuk
Karin mengekspresikan diri. Ia memilih cat air karena dapat menghasilkan warna
dan efek yang tak terbatas. Penggunaan teknik dalam cat air juga tidak
terbatas. Selain itu, dari segi penggunaan juga lebih praktis karena mudah dibawa
dan cepat kering. Penggunaannya cukup ditambah air dan tidak butuh larutan
khusus lainnya. Untuk mencari stok cat air, varian warna, dan merek juga lebih
mudah ditemukan. Ditambah lagi, cat air juga tidak mengeluarkan bau seperti cat
akrilik atau cat minyak. Itulah alasan Karin paling menyukai cat air sebagai alat
lukisnya.
Ingin
membuktikan kemampuannya, Karin menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan
uang. Ia mencoba menerima commission
ketika kelas 11. Ia memulai dengan mempromosikan lukisannya lewat sosial media
khususnya instagram dan mengikuti pameran seperti Anime Festival Asia Indonesia
dan Comifuro. Gaya lukisannya ditanggapi dengan positif ditandai dengan
banyaknya permintaan lukisan. Seiring menerima banyak commission gaya lukisannya semakin terbentuk. Tekad hidupnya untuk
menjadi lebih baik dari kemarin membuatnya rajin berlatih dengan tidak banyak
melihat contoh dan percaya diri akan karyanya sendiri. Dengan percaya diri
membuatnya menjadi terbuka dengan saran dan kritik. Di tahun 2015 Karin diwawancarai
pihak Anime Festival Asia dan sejak saat itu, artikel atau wawancara mengenai
dirinya juga bertambah. Penghasilan dari lukisan bisa untuk membayar uang
sekolah. Kerja kerasnya mulai diakui ayahnya. Akhirnya Karin diperbolehkan
untuk menekuni bidang seni rupa. Ayahnya sendiri yang menyarankan untuk pergi ke
Jepang. Menurut ayahnya, Jepang menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan
gaya lukisannya. Ditambah lagi Jepang sangat mendukung untuk belajar hidup
mandiri.
Saat ini (2017) Karina Doniho berada di Jepang untuk mendalami seni rupa |
Di
negeri sakura, Karin belajar Bahasa Jepang selama satu tahun di Yokohama Design Gakuin lalu melanjutkan
kuliah seni rupa di Yokohama Bijutsu
Daigaku. Sesuai harapan ayahnya Karin banyak berkembang di sana. Yang
paling ia sukai adalah bisa menemukan banyak merek cat air. Ia belajar untuk
mencoba merek berbeda. Seperti ketika mencoba cat air dari Dr. Ph. Martin’s.
Awalnya sangat sulit dan ia tidak suka, tetapi melihat warna yang dihasilkan
cerah dan menarik, ia jadi menyukai cat tersebut. Di Jepang ia juga menerima
banyak commission dari berbagai
negara. Terkadang menghadapi klien yang menyebalkan seperti tidak terus terang
apa yang diinginkan sehingga tidak ingin membayar karya yang sudah dikerjakan
atau mengharapkan hasil yang berbeda dari gaya lukisannya. Ada juga yang
menggunakan hasil karyanya untuk dijual kembali dengan duplikasi. Mengerjakan commission sambil kuliah memang sulit,
tetapi Karin tetap bisa mengatur waktu karena sudah terbiasa sejak SMA. Selama
kuliah seni rupa, kesulitan yang dialami biasanya adalah penilaian subjektif
dan perbedaan aliran dalam melukis. Tapi memang inilah dunia seni. Menurutnya,
hal yang paling penting dalam seni adalah memiliki karakter. Karena dengan
karakter, lukisan tak bernama pun dapat dikenal orang.
Anak
bungsu dari tiga bersaudara ini sudah mempersiapkan diri dengan perbedaan
budaya di sana sehingga ia dapat menyesuaikan dengan cepat. Tetapi tak
disangka, perbedaan iklim berdampak besar pada dirinya. Di tahun pertama
tinggal di Jepang, Karin sempat mengalami flu dan batuk selama 1 bulan ketika
menjelang musim dingin. Dimulainya perkuliahan di musim semi 2017 Ia menjadi
satu-satunya mahasiswa yang berasal dari Indonesia di kampusnya. Memang tidak
banyak mahasiswa internasional di Yokohama
Bijutsu Daigaku, kalau pun ada umumnya berasal dari Tiongkok. Uniknya
seperti orang Indonesia menerima mahasiswa asing, orang Jepang memiliki
ekspektasi dari mahasiswa asing akan aktif dalam perkuliahan. Sayangnya,
ekspektasi berbeda dengan kenyataan karena pada dasarnya Karin cenderung introvert dan tidak banyak bicara.
Ditambah lagi ia belum begitu percaya diri dengan Bahasa Jepangnya di awal
perkuliahan. Walaupun begitu, karyanya yang berkarakter telah diakui.
Sejalan
dengan mottonya, I will win or be better
from what I did yesterday pelukis yang memiliki nama pena Karinpyong ini terus mengasah
kemampuannya dengan berbagai tantangan baru. Pencapaian terkahir yang Karin
banggakan adalah melukis di media berukuran 3.6 x 2.1 meter dalam acara Design
Festa 46. Tak hanya itu, karya yang dipublikasi lewat instagram juga
ditampilkan dalam akun resmi instagram dan instagram Jepang. Menurut pihak
instagram, karyanya memiliki estetika yang tinggi dan eye catching. Tentu pencapaiannya tidak akan berhenti di sini.
Masih banyak pencapaian lainnya yang ingin Karin dilewati sambil mengasah
kemampuannya.
Comments
Post a Comment