Alice dan Kelinci
Sebuah dongeng crossover antara Alice in Wonderland dengan Kelinci dan Kura-Kura
Alice duduk di bawah pohon yang teduh. Angin sepoi dan bau rumput mengelilingi dan menyegarkannya. “Alice, hari ini aku akan bacakan ini”, dari kejauhan Eida berbicara kepada Alice sambil membawakan buku cerita. Tertulis di situ Kelinci dan Kura-Kura, Alice pun menghela nafas melihatnya. Ia sudah bosan dengan buku itu. “Kukira kau akan membelikan buku baru, seperti 1001 Malam?”
“Maaf, buku itu laku sekali sampai setiap kali aku ke toko buku stoknya habis.”
“Hu Uh”, Alice menggerutu.
“Besok pasti buku baru. Aku sudah pesan kepada temanku yang bekerja di toko buku”
“Seharusnya kau lakukan itu sejak awal.”
Alice masih kesal tidak mendapat buku baru, tetapi Eida menghiraukan itu lalu duduk di sampingnya. Ia mulai membacakan buku cerita itu. Alice sudah mendengar cerita itu ribuan kali. Suara Eida yang membacakan cerita itu sudah seperti lagu pengantar tidur. Sejenak ia memejamkan mata, tak lama ketika ia membuka mata ada sesuatu yang mencuri perhatiannya. Seekor kelinci putih sedang melompat dengan gesitnya menuju suatu arah. Dibawa rasa penasaran, Alice mengikuti kelinci tersebut. Sampai akhirnya kelinci tersebut berbelok dari jalannya dan berteduh di bawah pohon. “Fiuuh, lelah sekali”, keluar dari mulut kelinci itu. Alice mengerutkan dahinya atas apa yang terjadi di hadapannya. Ia mencoba mendekati kelinci tersebut.
“Hei ayo duduk di sini”, kata kelinci itu.
“Apa yang kau lakukan di sini kelinci?”, tanya Alice sembari mendekati si kelinci.
“Aku? Aku beristirahat. Santai saja, kura-kura tidak akan sampai mengejarku.”
Mendengar itu Alice menyadari bahwa kelinci itu adalah kelinci dari cerita kelinci dan kura-kura. “Kau tidak boleh bersantai-santai di sini!”, teriak Alice. Ia menarik kelinci dari tempat duduknya dan menyeretnya kembali ke jalan.
”Hei,hei apa yang kau lakukan!”
“Karena kesombonganmu itu akan membuatmu kalah!”
“Apa maksudmu? Aku tidak sombong, aku hanya percaya diri.”
Karena kelinci itu lebih kecil daripada Alice, dengan mudah Alice menggiringnya sepanjang jalan melewati rute perlombaan. Dari kejauhan terlihat kura-kura yang jalan perlahan menuju garis akhir. Kelinci terkejut melihatnya dan ia mulai panik, “Bagaimana ini?”. Alice tiba-tiba berhenti dan membuat kelinci kesal,”Jangan berhenti,dong!”. Alice merentangkan kakinya sejajar dengan pundak. Lalu perlahan-lahan menurunkan badannya. Ia menaruh kelinci di atas telapak tangannya. “Bersiaplah kelinci!”, teriak Alice. Dalam sekejap kelinci melambung di udara karena lemparan Alice.
Kelinci sangat kaget ia melambung tinggi di udara. Ia bisa melihat garis akhir dari atas sana.”Aku pasti bisa meraih garis akhir dengan ini!”, pikirnya dalam hati. Kelinci sekuat tenaga merentangkan tangannya supaya ketika ia mendarat dapat menyentuh garis akhir. Sementara itu, kura-kura tinggal beberapa langkah menuju garis akhir. Kelinci memejamkan mata. Ia berserah pada hasil akhirnya. BRUK! suara kelinci mendarat. Ia membuka mata dan melihat dirinya di atas garis akhir. Ternyata di saat bersamaan kura-kura mencapai garis akhir. Mereka seri. Dari kejauhan ada kura-kura lain sedang berjalan di belakang Alice. Ternyata yang berada di garis akhir adalah kura-kura lain. Saat itu juga kelinci menyadari bahwa kura-kura memiliki kekurangan, tetapi ia berusaha mencari ide supaya bisa menjadi lebih. Kelinci merasa malu karena sebelumnya terlalu sombong. Ia meminta maaf kepada para kura-kura. Alice melihat dari jauh. Ia senang kelinci bisa merenungkankan apa yang terjadi dan tidak ada menang atau kalah dalam lomba ini sehingga menimbulkan dendam nantinya.
Alice berlari menuju kelinci dan kura-kura untuk mengucapkan selamat atas perdamaian yang mereka temukan. BRUK! Alice tersandung kura-kura yang sedang berjalan menuju garis akhir juga.”Aduh,duh...”, rintih Alice. Ia berusaha berdiri dan melihat dihadapannya adalah pohon tempat ia mendengar cerita tadi. “Sudah puas tidurnya?”, suara Eida terdengar dari atas. Ia berdiri di bawah pohon itu, di samping Alice yang tertelungkup di bawah pohon. Alice diam beberapa saat, mencerna apa yang terjadi.
“Tadi aku bermimpi tentang kelinci dan kura-kura.”
“Eeh, kukira kau sudah bosan dengan cerita itu?”
“Iya, tapi aku melihat cerita versiku sendiri.”
Eida hanya bisa geleng-geleng mendengar perkataan Alice. Ia membantu Alice berdiri lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
***
Alice duduk di bawah pohon yang teduh. Angin sepoi dan bau rumput mengelilingi dan menyegarkannya. “Alice, hari ini aku akan bacakan ini”, dari kejauhan Eida berbicara kepada Alice sambil membawakan buku cerita. Tertulis di situ Kelinci dan Kura-Kura, Alice pun menghela nafas melihatnya. Ia sudah bosan dengan buku itu. “Kukira kau akan membelikan buku baru, seperti 1001 Malam?”
“Maaf, buku itu laku sekali sampai setiap kali aku ke toko buku stoknya habis.”
“Hu Uh”, Alice menggerutu.
“Besok pasti buku baru. Aku sudah pesan kepada temanku yang bekerja di toko buku”
“Seharusnya kau lakukan itu sejak awal.”
Alice masih kesal tidak mendapat buku baru, tetapi Eida menghiraukan itu lalu duduk di sampingnya. Ia mulai membacakan buku cerita itu. Alice sudah mendengar cerita itu ribuan kali. Suara Eida yang membacakan cerita itu sudah seperti lagu pengantar tidur. Sejenak ia memejamkan mata, tak lama ketika ia membuka mata ada sesuatu yang mencuri perhatiannya. Seekor kelinci putih sedang melompat dengan gesitnya menuju suatu arah. Dibawa rasa penasaran, Alice mengikuti kelinci tersebut. Sampai akhirnya kelinci tersebut berbelok dari jalannya dan berteduh di bawah pohon. “Fiuuh, lelah sekali”, keluar dari mulut kelinci itu. Alice mengerutkan dahinya atas apa yang terjadi di hadapannya. Ia mencoba mendekati kelinci tersebut.
“Hei ayo duduk di sini”, kata kelinci itu.
“Apa yang kau lakukan di sini kelinci?”, tanya Alice sembari mendekati si kelinci.
“Aku? Aku beristirahat. Santai saja, kura-kura tidak akan sampai mengejarku.”
Mendengar itu Alice menyadari bahwa kelinci itu adalah kelinci dari cerita kelinci dan kura-kura. “Kau tidak boleh bersantai-santai di sini!”, teriak Alice. Ia menarik kelinci dari tempat duduknya dan menyeretnya kembali ke jalan.
”Hei,hei apa yang kau lakukan!”
“Karena kesombonganmu itu akan membuatmu kalah!”
“Apa maksudmu? Aku tidak sombong, aku hanya percaya diri.”
Karena kelinci itu lebih kecil daripada Alice, dengan mudah Alice menggiringnya sepanjang jalan melewati rute perlombaan. Dari kejauhan terlihat kura-kura yang jalan perlahan menuju garis akhir. Kelinci terkejut melihatnya dan ia mulai panik, “Bagaimana ini?”. Alice tiba-tiba berhenti dan membuat kelinci kesal,”Jangan berhenti,dong!”. Alice merentangkan kakinya sejajar dengan pundak. Lalu perlahan-lahan menurunkan badannya. Ia menaruh kelinci di atas telapak tangannya. “Bersiaplah kelinci!”, teriak Alice. Dalam sekejap kelinci melambung di udara karena lemparan Alice.
Kelinci sangat kaget ia melambung tinggi di udara. Ia bisa melihat garis akhir dari atas sana.”Aku pasti bisa meraih garis akhir dengan ini!”, pikirnya dalam hati. Kelinci sekuat tenaga merentangkan tangannya supaya ketika ia mendarat dapat menyentuh garis akhir. Sementara itu, kura-kura tinggal beberapa langkah menuju garis akhir. Kelinci memejamkan mata. Ia berserah pada hasil akhirnya. BRUK! suara kelinci mendarat. Ia membuka mata dan melihat dirinya di atas garis akhir. Ternyata di saat bersamaan kura-kura mencapai garis akhir. Mereka seri. Dari kejauhan ada kura-kura lain sedang berjalan di belakang Alice. Ternyata yang berada di garis akhir adalah kura-kura lain. Saat itu juga kelinci menyadari bahwa kura-kura memiliki kekurangan, tetapi ia berusaha mencari ide supaya bisa menjadi lebih. Kelinci merasa malu karena sebelumnya terlalu sombong. Ia meminta maaf kepada para kura-kura. Alice melihat dari jauh. Ia senang kelinci bisa merenungkankan apa yang terjadi dan tidak ada menang atau kalah dalam lomba ini sehingga menimbulkan dendam nantinya.
Alice berlari menuju kelinci dan kura-kura untuk mengucapkan selamat atas perdamaian yang mereka temukan. BRUK! Alice tersandung kura-kura yang sedang berjalan menuju garis akhir juga.”Aduh,duh...”, rintih Alice. Ia berusaha berdiri dan melihat dihadapannya adalah pohon tempat ia mendengar cerita tadi. “Sudah puas tidurnya?”, suara Eida terdengar dari atas. Ia berdiri di bawah pohon itu, di samping Alice yang tertelungkup di bawah pohon. Alice diam beberapa saat, mencerna apa yang terjadi.
“Tadi aku bermimpi tentang kelinci dan kura-kura.”
“Eeh, kukira kau sudah bosan dengan cerita itu?”
“Iya, tapi aku melihat cerita versiku sendiri.”
Eida hanya bisa geleng-geleng mendengar perkataan Alice. Ia membantu Alice berdiri lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah.
***
Comments
Post a Comment